AYO EDUKATIF - Mempraktikkan Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari
Masyarakat Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila setiap tanggal 1 Juni. Dalam rangka peringatan tersebut, Direktorat Sekolah Dasar Kemendikbudristek melakukan kunjungan ke SDN Jatimekar 8 Kota Bekasi, pada Kamis, 2 Juni 2022. Direktur Sekolah Dasar, Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd hadir dan melakukan dialog langsung dengan para murid, guru dan perwakilan Dinas Pendidikan Kota Bekasi.
Tema yang dibahas dalam acara ‘ngobrol santai’ itu terkait nilai-nilai Pancasila di dalam kehidupan sehari-hari. Seperti disampaikan Direktur Sekolah Dasar, anak-anak harus dikenalkan sedini mungkin dengan Pancasila sebagai pondasi kehidupan bernegara.
Pancasila terdiri dari dua suku kata yaitu “Panca” artinya lima dan “Sila” artinya prinsip. Jadi Pancasila itu adalah satu kesatuan dari lima prinsip. Sila (1) Ketuhanan Yang Maha Esa, (2) Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, (3) Persatuan Indonesia, (4) Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan, dan (5) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
”Lima prinsip ideologi Pancasila jangan hanya dihafal, tetapi nilai-nilainya harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila lahir dari renungan para pendiri bangsa hingga akhirnya menjadi satu ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata Sri Wahyuningsih.
Di dalam Pancasila terkandung nilai-nilai yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah toleransi yang terkandung dalam sila pertama. Intoleransi merupakan salah satu dari 3 dosa besar yang harus dihapuskan dari dunia pendidikan.
Direktur Sekolah Dasar menyampaikan terima kasih kepada Wali Kota Bekasi yang sudah sangat responsif tentang pencegahan intoleransi di wilayah Kota Bekasi. Ini sejalan dengan Permendikbud Nomor 82 Tahun 2014 tentang Pencegahan Kekerasan di Sekolah.
”Kekerasan di sekolah itu banyak bentuknya, diantaranya adalah kekerasan fisik, perundungan, kekerasan seksual, serta intoleransi. Ini semua harus kita cegah, jangan sampai terjadi di lingkungan sekolah kita,” ujar Sri Wahyuningsih.
Dalam kesempatan itu, Direktur Sekolah Dasar menghimbau kepada seluruh sekolah di Indonesia, ketika terjadi kekerasan di sekolah, jangan disembunyikan, jangan ditutup-tutupi. Setiap tindakan kekerasan yang terjadi di sekolah harus ditangani dengan serius dan terbuka. Supaya kejadian serupa tidak terjadi lagi di kemudian hari.
“Adik-adik harus saling mengingatkan dan saling mendukung. Adik-adik adalah tunas-tunas bangsa, tunas-tunas Pancasila yang harus percaya diri membuat sekolah ini menjadi sekolah yang aman, nyaman dan menyenangkan. Satuan pendidikan termasuk para guru juga harus mendorong terciptanya lingkungan sekolah yang aman dan nyaman,” katanya.
Aisyah, perwakilan dari Dinas Pendidikan Kota Bekasi yang turut hadir dalam kesempatan tersebut mengatakan, sebagai warga negara Indonesia yang terdiri berbagai suku, bahasa, dan agama yang tinggal di Kota Bekasi, memang harus menjaga toleransi. Ini didukung oleh regulasi yang sudah dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Kota Bekasi yaitu Perwal Nomor 16 Tahun 2021.
Terkait sila kedua Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Aisyah melanjutkan, Dinas Pendidikan Kota Bekasi memberikan kesempatan yang sama kepada semua lapisan masyarakat untuk memperoleh pendidikan dari jenjang PAUD, TK, SD maupun SMP. Bahkan di Kota Bekasi sudah ada sekolah disabilitas.
”Warga Kota Bekasi mendapatkan hak-haknya secara adil, mendapat kesempatan yang sama untuk memperoleh Pendidikan. Jika terjadi perlakuan yang kurang adil terhadap anak-anak, maka Dinas Pendidikan langsung menyelesaikannya melalui pendekatan persuasif dan musyawarah dengan semua pemangku kepentingan,” tandasnya.
Rudi, Kepala SDN 8 Jatimekar Bekasi mengungkapkan, sekolahnya sudah mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Terkait ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’, pihak sekolah sudah membiasakan diri setiap pagi melaksanakan solat dhuha bersama bagi yang muslim.
“Di bulan Ramadan, kami mengadakan buka puasa bersama, pesantren kilat dan sebagainya. Sementara yang non-muslim tidak diwajibkan ikut hadir tapi kami tetap menjaga toleransinya,” kata Rudi.
SDN 8 Jatimekar juga melaksanakan praktik yang menunjukkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan. Seperti membangun kebiasaan gotong royong dengan bersama-sama membersihkan sekolah setiap pagi. Termasuk kegiatan kepramukaan yang diselenggarakan setiap hari Sabtu.
”Alhamdulillah anak-anak kompak untuk saling berkomunikasi dan saling membantu. Misalnya ada yang sakit, mereka dengan sadar menyumbang. Budaya gotong royong mereka sudah terbangun dengan bagus,” tambahnya.
Rudi menjelaskan, nilai-nilai Pancasila yang dipraktikkan oleh peserta didik tidak terlepas dari peran aktif para guru yang terus menanamkan nilai-nilai Pancasila tersebut. Para guru konsisten membangun nilai kebaikan dan memberi teladan yang baik. Misalnya sebelum masuk kelas, peserta didik dibiasakan tertib berbaris di depan. Kemudian dibiasakan juga membaca buku selama 15 menit sebelum pembelajaran dimulai.
Pada kesempatan tersebut, Direktur Sekolah Dasar dan peserta didik juga menyempatkan untuk menanam pohon di sekolah. Pohon tersebut disepakati namanya adalah pohon sawo Pancasila, karena ditanam bertepatan dengan hari lahir Pancasila.
”Anak-anak, banyak hal di sekeliling kita yang dapat digunakan sebagai media belajar, salah satunya yaitu belajar dari pohon sawo ini. Anak-anak dapat belajar bagaimana pohon melakukan proses fotosintesis, belajar menyukai buah dan sayuran, dan belajar mencintai alam,” tutur Sri Wahyuningsih