Blogger Jateng

Dibalik pengetahuan Filsafat

Dibalik pengetahuan Filsafat
Dibalik pengetahuan Filsafat



CIRI – CIRI FILSAFAT
Ciri-ciri filsafat secara umum ada tiga, yaitu menyeluruh, mendasar, dan spekulatif. Menyeluruh disini berarti pemikiran yang luas karena tidak membatasi diri dan tidak hanya ditinjau dari satu sudut pandang tertentu. Sehingga terdapat hubungan antara ilmu yang satu dengan ilmu-ilmu lainnya, hubungan ilmu dengan moral, seni, dan tujuan hidup. Mendasarartinya pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental atau esensial objek yang dipelajarinya sehingga dapat dijadikan dasar berpijak bagi segenap nilai dan keilmuan. Jadi filsafat tidak hanya berhenti pada kulit-kulitnya saja, tetapi juga sampai menembus ke kedalama-dalamnya (hakikat). Dan Spekulatif berarti hasil pemikiran yang diperoleh dijadikan dasar bagi pemikiran selanjutnya. Hasil pemikiran berfilsafat selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk menelusuri  bidang-bidang pengetahuan yang baru.
Selanjutnya terdapat ciri-ciri berfilsafat atau berpikir filsafat. Yang pertama, berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara Radikal. Berpikir secara radikal yaitu berpikir sampai ke akar-akarnya, bsampai kepada hakikat, esensi atau sampai ke substansi yang dipikirkan. Manusia yang berfilsafat dengan akalnya berusaha untuk menangkap pengetahuan hakiki, yaitu pengetahuan yang mendasari segala pengetahuan indrawi. Yang kedua, berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara Universal (umum). Berpikir secara universal adalah berpikir tentang hal-hal serta proses-proses yang bersifat umum dan tidak memikirkan hal-hal yang parsial. Filsafat bersangkutan dengan pengalaman umum dari umat manusia. Dengan jalan penelusuran yang radikal itu filsafat berusaha sampai pada berbagai kesimpulan yang universal. Yang ketiga, berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara Konseptual. Maksud dari konsep di sini adalah hasil generalisasi dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses individual. Dengan ciri yang konseptual ini, berpikir secara kefilsafatan melampaui batas pengalaman hidup sehari-hari. Konsepsi (rencana kerja) merupakan hasil generalisasi serta abstrak dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses satu demi satu. Proses-proses yang dibicarakan ialah pemikiran itu sendiri dan hal hal yang dipikirkan ialah si pemikir itu sendiri. Filsafat merupakan hasil menjadi sadarnya manusia mengenai dirinya sendiri sebagai pemikir, dan menjadi kritisnya manusia terhadap diri sendiri sebagai pemikir di dalam dunia yang dipikirkannya. Yang keempat, berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara Koheren dan Konsisten. Koheren artinya sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir (logis). Pemikiran filsafat merupakan suatu usaha perenumgan rasional yang runtut dan mendalam terhadap suatu hal yang dipikirkan oleh akal budi. Manusia bukan berpikir asal-asalan  atau berpikir setengah hati saja, melainkan perlu mengerahkan seluruh pikirannya secara fokus, terarah, terorientasi, terkonsentrasi pada obyek yang dipikirkan agar mencapai hasil akhir pemikiran yang benar secara filosofis. Sedangkan konsisten artinya tidak mengandung kontradiksi. Yang kelima, berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara Sistematik. Sistematik berasala dari kata sistem, yang berarti kebulatan dari sejumlah unsur yang saling berhubungan menurut tata pengaturan untuk mencapai sesuatu maksud atau menunaikan sesuatu peranan tertentu. Yang keenam, berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara Konperehensif. Konperehensif berarti mencakup secara menyeluruh. Berpikir secara konperehensif berusaaha untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan. Yang ketujuh, berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara Bebas. Sampai batas-batas yang luas makasetiap filsafat boleh dikatakan merupakan suatu hasil dari pemikiran yang bebas. Bebas dari segala prasangka sosial, historis, kultural ataupun religius. Yang terakhir dan kedelapan, berpikir secara kefilsafatan dicirikan dengan pemikiran yang Bertanggungjawab. Seseorang yang berfilsafat adalah orang yang berpikir sambil bertanggungjawab terhadap hati nuraninya sendiri (tampaklah hubungan antara kebebasan berpikir dalam filsafat dengan etika yang melandasinya) dan cara bagaimana ia merumuskan berbagai pemikirannya agar dapat dikomunikasikan pada orang lain.
Filsafat juga berciri visioner, yaitu pandangan/ pemikiran/ visi terhadap suatu kenyataan dunia dan diri kita sendiri. Kita tidak mungkin memiliki pandangan terhadap sesuatu jika kita tidak dapat berefleksi secara benar terhadapnya. Hanya orang yang merenung/berefleksi secara benar yang akan mampu menghasilkan ide-ide cermelang tentang dunia dan manusia. Orang yang dapat memberikan pandangan dunia dan dirinya itu sudah termasuk dalam pemikiran filosofis. Seseorang filsuf biasanya memiliki visi yang jauh ke depan. Ia mampu melakukan prediksi rasional sekarang atas segala fenomena hidup yang terjadi di masa depan. Dengan visi ini filsuf memberikan harapan hidup bagi manusia dan membuka horizon perspektif makna untuk memperkaya kualitas ziarah intelektual sebagai manusia di planet bumi ini. Filsuf ibarat obor yang menerangi jalannya dinamika kehidupan manusia di planet bumi ini.



PERBEDAAN MACAM SUMBER PENGETAHUAN
Menurut bahasa Indonesia, pengetahuanadalah sebagai sejumlah informasi yang diperoleh melalui pengamatan, pengalaman (empiri) dan penalaran (rasio). Pengetahuan tentu berbeda dengan ilmu. Ilmu lebih menitikberatkan pada aspek teoritis dengan syarat proses teoritisasi dari sejumlah pengetahuan yang dimiliki manusia.
Rasa ingin tahu dan penasaran telah menyebabkan manusia terdorong untuk berpikir. Manusia mampu mengembangkan pengetahuannya disebabkan oleh bahasa untuk berkomunikasi dan kemampuan berpikir manusia. Rasa heran yang mendorong seseorang peneliti untuk mengadakan penelitiannya yang merupakan sumber-sumber penemuan ilmiah.
Ada duajenis pengetahuan yaitu pengetahuan biasa dan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan biasa diperoleh dari keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan (perasaan, pikiran, pengalaman, panca indera dan intuisi) untuk mengetahui sesuatu tanpa memperhatikan objek-objek dan cara kegunaannya. Jenis pengetahuan ini disebut knowledge. Pengetahuan ilmiahmerupakan keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan untuk mengetahui sesuatu. Dengan kata lain pengetahuan ilmiah memperhatikan objek ontologis,landasan epistemologis dan landasan aksiologis. Macam-macam sumber pengetahuan tersebut antara lain:
a.       Rasionalisme (Pikiran)
Rasionalisme yaitu pikiran manusia dengan berpendapat bahwa sumber satu-satunya dari pengetahuan manusia adalah rasio atau akal budaya. Rasional juga menganggap bahwa ilmu lahir dari induk sebuah penalaran dan mendasarkan diri pada cara kerja deduktif dalam menyusun pengetahuannya. Ukuran kebenaran menurut sumber ini diukur dari apakah gagasan itu benar-benar memberikan pengetahuan kepada manusia atau tidak.
b.      Empirisme
Empirisme adalah sebuah aliran yang menjadikan pengalaman sebagai sumber pengetahuan yang diperoleh dengan cara observasi atau penginderaan. Selain itu, pengalaman juga disebut sebagai faktor yang fundamental dalam pengetahuan, karena ia merupakan sumber pengetahuan yang ada di dalam diri manusia, yang didapat melalui pengalaman yang kongkret.
Empirisme juga berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman, sehingga pengenalan indrawi dan empiris merupakan pengenalan yang paling jelas dan sempurna. Pengalaman tersebut adalah akibat seuatu objek yang merangsang alat-alat indrawi, yang kemudian dipahami didalam otak, dan rangsangan tersebut mengakibatkan terbentuknya atau munculnya tanggapan-tanggapan mengenai objek yang telah merangsang alat-alat indrawi tadi. Dan empirisme juga memegang peranan yang sangat penting bagi pengetahuan.
c.       Intuisi
Intuisionisme artinya langsung melihat, dengan pendapat tentang sumber pengetahuan adalah manusia mempunyai kemampuan khusus untuk mengetahui yang tidak terikat kepada indra maupun penalaran.
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Intuisi bersifat personal dan tidak dapat diramalkan. Sebagian dasar untuk menyusun pengetahuan secara teratur maka intuisi ini tidak dapat diandalkan.
Intuisi dianggap jadi sumber pengetahuan karena manusia mendapati ilmu pengetahuan secara langsung tanpa melalui proses penalaran tertentu, dari intuisi secara tiba-tiba menemukan jawaban dari masalah yang dihadapi.
Pengetahuan intuitif dapat dipergunakan sebagai hipotesis bagi analisis selanjutnya dalam menentukan kebenaran. Pengalaman intuitif sering hanya dianggap sebagai sebuah halusinasi atau bahkan sebuah ilusi belaka. Sementara itu oleh kaum beragama intuisi (hati) dipandang sebagai sumber pengetahuan yang mulia.
Kemampuan intutif bagi seorang seniman dianggap penting, Terutama untuk memutuskan berbagai pekerjaan kompleks tanpa harus melampaui perhitungan dan pembuktian lapangan.
Jadi, Intuisi adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan intelektualitas. Seperti pemahaman itu tiba-tiba saja datang dari dunia lain dan diluar kesadaran. Misalnya saja, seseorang tiba-tiba saja terdorong untuk membaca sebuah buku. Ternyata, di dalam buku tersebut ditemukan keterangan yang dicari-carinya selama bertahun-tahun. Namun tidak semua intuisi berasal dari kekuatan psikologi, tetapi sebagian intuisi bisa dijelaskan sebabnya.
d.      Wahyu
Wahyu adalah sumber pengetahuan yang bersandar pada Tuhan sebagai sang Maha Ilmu. Sumber pengetahuan yang disebut “ wahyu” identik dengan agama atau kepercayaan yang sifatnya mistis.
Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan Tuhan kepada manusia. Pengetahuan ini disalurkan lewat nabi-nabi yang di utusannya sepanjang zaman. Melalui wahyu atau agama, manusia diajarkan tentang sejumlah penegetahuan baik yang terjangkau ataupun tidak terjangkau oleh manusia).
Agama merupakan pengetahuan bukan saja mengenai kehidupan sekarang yang terjangkau pengalaman, namun juga mencakup masalah-masalah yang bersifat trasendental seperti latar belakang penciptaan manusia dan hari kemudian di akherat nanti. Pengetahuan ini didasarkan pada kepercayaan kepada Tuhan yang merupakan sumber pengetahuan, kepercayaan kepada nabi sebagai perantara dan kepercayaan terhadap wahyu sebagai cara penyampaian, merupakan dasar dari penyusunan pengetahuan ini.
e.       Kritisme
Kritisme adalah orang orang yang tidak bisa menerima keempat sumber pengetahuan yang ada.

KAITAN SUMBER PENGETAHUAN DENGAN SARANA BERPIKIR ILMIAH
Sarana berpikir ilmiah bagian dari sumber pengetahuan karena mencakup bahasa, matematika, dan statistika, dengan bahasa untuk mengemukakan pikiran / pendapat secara kualitatif, matematika untuk mengembangkan pendapat yang dikemukakan melalui bahasa menjadi numerik dengan pengukuran kuantitatif, dan statistika untuk menarik kesimpulan dari pemikiran yang telah diungkapkan dalam bentuk data statistik